Selasa, 13 November 2012

sufi

Pendapat sebagian guru sufi didalam syairnya (mengenai reinkarnasi) Aku mempunyai satu jiwa tetapi memiliki seratus ribu tubuh. Namun aku tak bisa banyak bicara karena syariah memaksa diriku diam seribu bahasa. Aku telah menyaksikan diriku dalam dua ribu wajah manusia, tetapi semua wujud itu tak sebaik diriku saat ini. Aku tetaplah satu jiwa meski memiliki seratus ribu tubuh. Tetapi jiwa dan ribuan tubuh itu semua adalah Aku. Jika kusaksikan Ruh, kulihat sembilan ratus tujuh puluh tubuh. Tapi jika hanya kusaksikan keadaanku, aku seperti tumbuhan yang terus tumbuh dan tumbuh. Meskipun aku keturunan Adam, sesungguhnya akulah yang menjadi nenek moyangnya. Sehingga… bisa dikatakan ayahku adalah anakku, dan di luar pohon tumbuhlah sebuah benih. Selama seribu tahun aku mengapung dalam ether, bahkan ketika atom bergerak tanpa kendali. Jika aku tidak sepenuhnya ingat keadaanku saat itu, maka aku sering memimpikan perjalanan atom-atom yang menyusun tubuhku. Seperti rerumputan, aku tumbuh berkali-kali di tepian sungai yang deras mengalir. Selama ribuan tahun aku hidup, berkarya, dan berusaha dalam beraneka ragam tubuh. Waktu melaju tiada henti-hentinya, seperti setetes air, aku menyatu dengan lautan. Tapi, saksikanlah bagaimana aku menyatu dari situ. Sebagaimana embun, aku melayang-layang di atas samudera keabadian dan muncul sebagai gelombang yang menderu di lautan. Seperti air keringat yang berada dalam tubuh dan kulit, meski telah terpisahkan dari samudera luas, aku tetaplah air yang sama. Pada awalnya aku adalah kayu bakar. Tapi lihatlah titik puncak yang telah kucapai. Saat terbakar dalam kobaran api, kayu bakar itu pun menjadi api itu sendiri. Dan dari api aku berubah menjadi Cahaya (nur). Ya…, tiada lain aku adalah cahaya. Sekarang diriku adalah matahari itu sendiri. Akulah lautan dan aku pula yang menjadi gelombang. Dalam ruang iman dan kebijaksanaan, kematian tubuh berarti kehidupan jiwa. Korbankanlah napsu tubuh, hingga kau bisa tinggal dalam kesadaran alam ruh. Setelah bermanifestasi dalam dunia mineral, tumbuhan dan dunia binatang, tujuan puncak kehidupan adalah kesadaran kemanusiaan. Seperti al-Quran yang diturunkan setelah tiga kitab sebelumnya, kemanusiaan juga berkembang dari ketiga dunia itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar